Ads by Eonads

CARA BUDIDAYA ULAT HONGKONG



Mendengar nama ulat sebagian kita terutama kaum wanita akan merasa takut,jijik dan asosiasi yang negatif lainnya. Tetapi ternyata membudidayakan ulat hongkong bisa mendatangkan penghasilan tambahan yang lumayan besar.
Ulat hongkong atau dalam bahasa lain dikenal dengan Meal Worm atau Yellow Meal Wormdapat ditemukan pada toko-toko pakan burung, reptil dan ikan, karena memang ulat hongkong biasa dipergunakan sebagai suplemen pakan hewan-hewan tersebut. Ulat hongkong bisa dipergunakan sebagai bahan makanan hewan dalam bentuk pelet.
Bisnis budidaya ulat hongkong sebenarnya cukup mudah dan tidak memerlukan tenaga dan modal yang besar, selain itu budidaya ulat hongkong bisa dilakukansebagai usaha sampingan. Usaha budidaya ulat Hongkong ini telah ditekuni oleh beberapa warga didaerah kota Besar di Pulau Jawa. Dengan memanfaatkan sebagian ruangan dalam rumah, mereka menekuni usaha sampingan budidaya ulat hongkong.
Hasil usaha sampingan budidaya ulat hongkong ini cukup lumayan, saat ini hampir tiap hari mereka memanen dan memasok ulat hongkong ke pedagang burung di Pasar-pasar Burung.



Langkah Budidaya ulat hongkong

    Jika ingin menekuni usaha sampingan budidaya ulat hongkong langkahnya cukup mudah yang diperlukan hanyalah ketelatenan dan bisa dilakukan di rumah

  1. Siapkan kandang pemeliharaan berupa papan triplek, atau bisa dengan nampan plastik. Ukuran sesuaikan dengan kebutuhan. Jika memakai triplek atau papan sudut-sudut diberi lakban agar ulat tidak kabur.
  2. Siapkan media pemeliharaan berupa campuran dedak halus(Polard) dan ampas tahu kering, bisa dibeli di toko pakan ternak.
  3. Telur ulat hongkong yang dibeli dari peternak, atau bisa membeli ulat hongkong kemudian dibudidayakan hingga menjadi serangga dan kemudian bertelur.
  4. Makanan ulat hongkong bisa diberikan limbah sayuran, timun, pepaya,jipang dan bahan makanan lainnya yang mengandung banyak air.
  5. Kunci budidaya ulat hongkong ini adalah ketelatenan dalam melakukan pemeliharaan. Jika tidak teliti terkadang ada hama sejenis ulat hongkong yang berukuran lebih kecil numpang hidup pada media, namun ulat kecil ini bersifat kanibal dan memakan ulat-ulat hongkong yang lain sehingga produksi menurun. Biasanya ulat jenis ini datang dari media dedak halus dan dari lingkungan sekitar.
Tempat Peternakan

  • Usahakan untuk tempat/bangunan peternakan ini, terbuat secara permanen atau terbuat dari tembok sekelilingnya. Tujuannya, agar terhindar dari tikus atau hama semut. Atap terbuat dari enternit serta 95% bangunan tertutup. Lantai terbuat dari tembok atau ubin. Suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan ulat. Usahakan suhu dalam ruangan, tetap antara 29 – 30 0C dan selalu lembab, artinya tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Suhu tersebut, merupakan suhu terbaik untuk ternak ini.


  •  Pemilihan Induk
Adapun langkah dalam pemilihan induk  adalah sebagai berikut :


  1. Serangga Tenebrio Molitor,Induk Ulat Hongkong
  2. Ulat hongkong sebenarnya adalah fase larva dari serangga bernama latin Tenebrio Molitor. Serangga berwarna hitam ini merupakan serangga pemakan biji-bijian. Dalam Fase hidupnya serangga Tenebrio Molitor ini terdiri dari 4 siklus hidup , yaitu telur –> larva(ulat Hongkong) –> kepompong –> ulat dewasa/Serangga. Siklus seperti ini bisa berlangsung dalam waktu 3 sampai 4 bulan. Larva atau ulat hongkong ini akan mengalami pergantian kulit sebanyak 15 kali sebelum akhirnya berubah menjadi kepompong. Pada saat berganti kulit inilah saat yang tepat untuk diberikan kepada ikan hias, karena zat kitin yang terkandung pada kulit ulat hongkong tidak bisa dicerna oleh ikan.
  3. Untuk pemilihan induk, usahakan tidak lebih dari 2 kg, agar ulat yang jadi kepompong ukurannya bisa besar-besar (rata-rata panjang 15 mm dan lebar 4 mm . Sedangkan ulat dewasa dengan ukuran panjang rata-rata 15 mm, dan diameter rata-rata 3 mm akan mulai menjadi kepompong sekitar 7 sampai 10 hari lagi secara bergantian.
  4. Pengambilan kepompong, harus dilakukan selama 3 (tiga) hari sekali, supaya kepompong yang sudah dipisah dan ditempatkan di dalam kotak tersendiri berubah menjadi kumbang secara serentak.
  5. Pemilihan kepompong, dilakukan tiga hari sekali, serta kepompong yang dipilih haruslah yang sudah berwarna putih kecoklatan. Dan cara pengambilannya pun, harus hati-hati jangan sampai lecet/cacat. Apabila terjadi, maka kepompong akan mati busuk. Kepompong yang sudah dipilih, kita taruh di dalam kotak pemeliharan yang sudah diberi alas koran.Kemudian, disebar sedemikian rupa. Jangan sampai bertumpuk, lalu ditutup kembali memakai kertas koran hingga rapat.
  6. Kepompong akan menjadi kumbang, dalam usia mulai 10 hari. Dan apabila sayap kumbang masih berwarna kecoklatan, jangan diambil dulu. Biarkan sampai berwarna hitam mengkilat, dan kumbang siap ditelurkan. Satu kotak/peti, kita tebari kumbang sekitar 250 gr, dan berikan kapas sebagai alas untuk bertelur yang sudah dibeberkan.
  7. Pembibitan ini dibiarkan sampai 7 hari, dan diturunkan bila waktu tersebut tiba. Kumbang yang sudah terpisah dari kapas, diberi kapas baru lagi dan begitu seterusnya. Tingkat kematian pada kumbang ini, bisa mencapai 2 s/d 4 persen sekali turun.
  8. Kapas yang ada telurnya, kita simpan dalam peti terpisah, telur akan mulai menetas setelah 10 hari. Setelah usia ulat mencapai 30 hari baru kita pisahkan dari kapasnya.

 Pemberian Pakan

A.Pemberian Pakan untuk ulat bibit.


  • Untuk satu kotak beri makanan sekitar 500 gr, dengan interval waktu 4 hari sekali. Atau apabila makanan sudah benar-benar bersih, dengan cara dikepal-kepal menjadi 3 bagian. Gunanya supaya kepompong yang ada, tidak tertimbun makanan karena apabila hal ini terjadi kepompong akan busuk.
  • Selain ampas tahu dan dedak, makanan sebaiknya dicampur dengan tepung tulang atau pur, tujuannya agar kepompong besar-besar.
  • Pemberian pakan untuk kumbang, jangan terlalu banyak dan caranya disebar merata sekitar 100 gr sekali makan per 3 hari sekali.


  • B.Pemberian makan untuk ulat kecil.
    1. Apabila ulat masih ada dalam kapas, sebaiknya pemberian pakan dengan sayuran sosin, capcay atau selada, cabut maksimal 4 lembar sampai habis, dan sayuran tersebut dijemur dulu sampai setengah kering.
    2. Apabila makanan biasa, ukurannya 100 gr dan disebar tunggu sampai makanan itu habis, baru diberi lagi.
    3. Apabila ulat sudah terpisah dari kapas, pemberian pakan sekitar 1 kg, dengan cara dikepal dan sebagian disebar merata. Sedangkan untuk ulat kecil, satu kotak sekitar 2 kg dengan ukuran ulat panjang 6 mm dan diameternya 1,5 mm (umur 30 – 60 hari).
    4. Untuk ulat dewasa (umur 60 – 90 hari), pemberian pakan 1,5 kg sampai dengan 2 kg per kotak, dengan cara dikepal dan disebar sedikit

  1. Penyakit
    • Ciri-ciri ulat yang terkena penyakit dan penanggulangannya:
    1. Kulit ulat kuning kehitam-hitaman.Jangan terlalu banyak diberi makan dari daun-daunan, dan jangan terlalu banyak diberi dedak.Ulat mati berwarna merah. Apabila hal ini terjadi, maka pencegahannya adalah pemberian pakan tidak terlalu basah. Hal ini harus segera diatasi karena penyakit ini selain menular menyerang dengan cepat.Ulat mati berwarna hitam Hal ini terjadi apabila pemberian makanan disebar, biasanya terjadi pada ulat dewasa usia 1 sampai 3 bulan, maka alangkah baik pemberian makanannya dilakukan secara dikepal-kepal.
  •  Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi dengan induk (ulat dewasa 1 kg)
  1. Dari pembibitan 1000 gr ulat dewasa usia 90 hari, maka keseluruhan kepompong yang akan dihasilkan adalah 900 gr secara bertahap dalam 10 kali pengambilan kepompong.
  2. Dari 900 gr kepompong, maka akan dihasilkan 700 gr kumbang sehat dan siap bertelur, dengan tingkat kematian dari kepompong menjadi kumbang sekitar 2% setiap pengambilan kumbang.
  3. Dari 1 kg ulat bibit, maka akan dihasilkan 33,1 kg ulat siap jual dengan rincian sebagai berikut: Target hasil tersebut, dapat dicapai apabila tingkat kematian kumbang hanya 1 % dan makanan terjamin, serta perkembangannya bagus.
  4. Makanan untuk 1 kg induk ulat sampai dengan habis terjual: a. Ampas tahu 50 kg kering    b. Dedak 5 kg
  5. Penyusutan. Ampas tahu yang basah setelah diperas akan menyusut; dari 25 kg basah menjadi 15 kg kering, dengan kadar air l5%



Sekian ulasan tentang cara budidaya ulat hongkong beserta informasi lainnya, Semoga bermanfaat bagi Anda yang ingin memulai bisnis budidaya ulat hongkong sekian Trimakasih.

0 Response to "CARA BUDIDAYA ULAT HONGKONG"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel kosong

Iklan Tengah Artikel 1 (adnow)

loading...

Iklan Tengah Artikel 2 kosong

Ads by Eonads

Iklan Bawah Artikel (adnow)

loading...